Wednesday, 6 January 2016

Pengertian Bahasa Jawa Dan Sejarahnya



A.    Pengertian Pembelajaran Bahasa Jawa
Pembelajaran adalah proses kegiatan pemberian dan penerimaan informasi yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik. Pemberian informasi tersebut menggunakan media dan metode yang telah disesuaikan sehingga penyampaian informasi dapat mudah diterima.
Bahasa Jwa adalah salah satu mata pelajaran muatan lokal yang ada dalam struktur kurikulum di tingkat satuan pendidikan . pentingnya keberadaan pembelajaran Bahasa Jawa khususnya di Provinsi Jawa Tengah , bahasa jawa  menjadi mata pelajaran muatan lokal wajib bagi semua jenjang pendidikan.
Pembelajaran Bahasa Jawa adalah proses kegiatan pemberian dan penerimaan informasi yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik mengenai mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa. Pembelajaran Bahasa Jawa dilakukan untuk melestarikan kebudayaan khususnya di Jawa Tengah agar tidak hilang dan digantikan kebudayaan asing yang semakin berkembang di zaman sekarang.

B.     Sejarah Pembelajaran Bahasa Jawa
Abad XVII  Sultan Agung Demak yaitu Ki Ageng Pemanahan  sebagai penguasa pada saat itu telah menjadikan babad berkembang.  Raja Mataram terbesar itu telah berhasil menjadikan bahasa dan budaya sebagai alat mencapai kejayaan politiknya. Setelah Sultan Agung wafat perkembengan bahasa jawa terus berkembang, dan mulai redup perkembangannya setelah colonial Belanda memecah belah Mataram menjadi Kerajaan Surakarta  dan Kesultanan Yogyakarta . Sejak  saat itu kekuasaan politik raja-raja jawa menjadi hilang , tetapi kekuasaan budaya mereka justru semakin kuat. Contohnya serita dan  bahasa. Sejak masa pra-kolonial, lebih dari sekedar alat komunikasi , bahasa jawa sudah menjadi bagian dari ritual kepercayaan kenegaraan , dan kebudayaan. Namun dimasa kolonial  sekalipun  bahasa jawa masih merupakan bagian dari ritual-ritual  yang sama, meskipun oleh sebuah tatanan masyarakat yang terjajah . pada masa pergerakan nasional  Bahasa Jawa yang semula menjadi bahasa terpenting di kalangan pelajar pribumi, pada akhirnya harus tersisih . Bahasa Jawa perlahan mulai tidak dipergunakan sebagai sarana komunikasi organisasi pergerakan nasional. Proses kesadaran berbagsa dan semangat persatuan yang mulai menggejala pada awal abad 20 yang akhirnya demi menyatunya bahasa Indonesia  pada waktu itu bahasa jawa mulai tidak dipergunakan lagi.
Posisisi bahasa jawa pada masa pendudukan jepang masih tetap sama dengan masa colonial Belada . Kebijakan penduduk Jepang justru memperbolehkan penggunaan bahasa Indonesia yang harus berdampingan dengan Bahasa  jepang sendaiari. Dalam rapat-rapat resmi, Jepang memperbolehkan para elit politik seperti Soekarno, , Hatta, Radjiman , Ahmad Subarjo dan lainnya memakai bahasa Indonesia dalam kegiatan politiknya yang tentu saja dengan pegawasan jepang .  setelah Indonesia merdeka, hanya bahasa Indonesia yang menjadi sarana komunikasi  resmi dan formal. Bahasa Indonesia semakin menggeser posisi bahasa lokal di masing-masing daerah karena semagat nasionalnya. yang sengaja ditumbuhkan untuk merangkaikan perbedaan budaya, suku bangsa, ras, dan bahasa yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia ini.
Bahasa Jawa menempati posisi kedua di wilayah pengguna bahasa Jawa sendiri. Namun, pada masyarakat pedesaan dalam lingkup pergaulan resmi masih tetap dipergunakan bahasa Jawa dengan ragam ngoko alus yang legaliter  atau kromo lugu yang tidak terlalu berbelit dan sulit pemakaiannya . apalagi pada masyarakat perkotaan dan pesisiran, bahasa jawa ngoko kasar dan alus tetap dipergunakan dengan memandang usia dan bentuk pergaulannya. Pada awal kemerdekaan memang masyarakat Jawa sendiri mempunyai kebanggaan jika menggunakan bahasa Indonesia . Maklum saja bahwa situasi packa kemerdekaan menuntut hadirnya semagat kebangsaan  yang besar. Semagat itu dapat dikembangkan kembali ketika masyarakat Jawa memakai bahasa baru yang memberikanm kesadaran berbagsa.
Aspek pendidikan pada pemerintahan yang baru mempunyai kebijakan yang secara politis merugikan kepentingan perkembangan bahasa jawa. Cepat atau lambat bahasa Jawa akan masuk dalam ranah masa lampau yang mungkin tak akan dilirik lagi oleh masyarakat penduduknya. Bahasa Jawa mau tidak mau tenggelam dalam ketidakpekaan  terhadap semagat perubahan zaman . Masyarakat  pendukung kebudayaan kebudayaan jawa yang seharusnya memakai bahasa ini sebagai medium berekspresi justru bersemagat untuk meninggalkannya. Orang Jawa yang berasal dari kalangan terdidik dan menempati kelas menegah masyarakat Indonesia lebih condong mempergunakan  bahasa Inggris dan Indonesia . Mereka membiasakan anak-anak mereka dengan bahasa Inggris  dan Indonesia . Inilah  realita sekarang bahasa Jawa seolah menunggu wakatu  untuk punah, butuh sebuah poerjuangan yang berat untuk tetap bisa menjaga keberadaan dan kelstarian bahasa Jawa . Pemerintah  dan masyarakat harus saling bahu-membahu untuk menjaga kelestarian bahasa Jawa . sebagian orang jawaa yang peduli  dengan bahasa Jawa  sebaiknya kita menggunakan bahasa Jawa dengan benar dan baik demi menjaga kelestariannya.

C.    Esensi  Pembelajaran Bahasa Jawa
Pembelajaran bahasa Jawa berdasarkan kurikulim 2010  lebih menekankan kepada pendekatan komunikatif yaitu pembelajaran yang mempermudah para peserta didik agar lebih akrab dalam pergeulan dengan menggunakan bahasa Jawa dan melatih peserta didik agar lebih senang berbicara dengan  bahasa Jawa yang benar dan tetap sesuai dengan situasinya. Pembelajaran Bahasa Jawa  diajarkan dari SD sampai Jenjang SMA  secara bersinambungan, selaras antara kompetensi dasar yang satu dengan kompetensi dasar lainnya. Dalam pembelajaran ini ada 4 aspek yang diajarkan oleh guru yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Keempat asapek itu tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lainnya , dalam pembelajaran hanya penekanannya lebih difokuskan pada salah satu aspek, artinya pada pembelajaran mendengarkan peserta didik tidak hanya dituntut mendengarkan saja akan tetapi peserta didik  juga harus dapat menulis, berbicara  dan mengapresiasikan dalam bentuk sastra.Akan tetapi, bagaimana baikknya kurikulum dan lengkapnya sarana prasarana, apabila guru tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka pengajaran pastilah tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Mengingat pentingnya peranan guru dalam menentukan keberhasilan pengajaran dengan demikian penting juga peranannya dalam pembinaan budi pekerti dan pendidikan karakter bangsa, maka seorang guru harus senantiasa mencari cara terbaik dalam menyajikan pembelajaran.
Pembelajaran mendengarkan dalam pelajaran Bahasa Jawa misalnya guru dapat mengajak peserta didik untuk mendengarkan dongeng baik melalui kaset maupun melalui teks yang dibacakan guru. Peserta didik mendengarkan cerita sambil mencatat hal-hal yang penting. Setelah dongeng selesai didengar, guru memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan cerita dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menceritakan kembali cerita tersebut baik secara lisan maupun tulisan.
Pembelajarn berbicara dalam pelajaran Bahasa Jawa merup[akan aspek pembelajaran Bahsa Jawa yang sangat relevan dalam aplikasi penerapan unggah0ungguh berbahsa. Salan satu contohnya peserta didik diajak untuk menceruitakan pengalaman sehari-hari dengan menggunakan Bahasa Jawa sesuai dengan ragam bahasa yang dimiliki, teman yang lain mengajukan pertanyaan dengan ragam bahas tertentu.
Pembelajaran memcbaca dalam pelajaran Bahsa Jawa dapat dilakukan dengan peserta didik dibagi menjadi bebrapa kelompok kemudian masing-masing kelompok diberi buku. Setiap anggota kelompok membaca dan yang lian mengoreksi bacaan anggota kelompoknya. Hal ini bertujuan agar peserta didik mampu membaca bahasa jawa sesuai dengan ungguh-ungguh bahasa yang benar dan menambah perpustakaan kata dalam dirinya.
Pembelajaran menulis dalam pelajaran Bahasa Jawa. Hal ini bertujuan agar peserta didik selain dapat mendengarkan, berbicara, membaca dalam pembelajaran Bahasa Jawa peserta didik juga dibekali kemampuan menulis kalimat-kalimat dengan menggunakan Bahsa Jawa sesuai dengan unggah-ugguh Bahasa Jawa yang baik dan benar.
Pembelajaran Bahsa Jawa khusunya dalam penerapan unggah-ungguh oleh peserta didik dianggap kompetensi yang paling sulit, karena untuk menerapkan unggah-ungguh diharapkan peserta didik mampu menguasai kompetensi berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Unggah-ungguh dala berbahasa Jawa sebenarnya secara kelompok besar dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu ngoko, madya, dan krama. Bahkan ketika kelompok tersebut kemudian diuraikan lagi menjadi sembilan yaitu:
1.    Ngoko andhap antya basa
2.    Ngoko andhap basa antya
3.    Madya ngoko
4.    Madya krama\
5.    Kramantara
6.    Wredakrama
7.    Kramadesa
8.    Mudakrama, dan
9.    Krama inggil

No comments :

Post a Comment