A.
Pengertian Pembelajaran Bahasa Jawa
Pembelajaran adalah proses kegiatan pemberian dan penerimaan
informasi yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik. Pemberian informasi
tersebut menggunakan media dan metode yang telah disesuaikan sehingga
penyampaian informasi dapat mudah diterima.
Bahasa Jwa adalah salah satu mata pelajaran muatan lokal yang ada
dalam struktur kurikulum di tingkat satuan pendidikan . pentingnya keberadaan
pembelajaran Bahasa Jawa khususnya di Provinsi Jawa Tengah , bahasa jawa menjadi mata pelajaran muatan lokal wajib
bagi semua jenjang pendidikan.
Pembelajaran Bahasa Jawa adalah proses kegiatan pemberian dan
penerimaan informasi yang dilakukan oleh guru kepada peserta didik mengenai
mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa. Pembelajaran Bahasa Jawa dilakukan
untuk melestarikan kebudayaan khususnya di Jawa Tengah agar tidak hilang dan
digantikan kebudayaan asing yang semakin berkembang di zaman sekarang.
B.
Sejarah Pembelajaran Bahasa Jawa
Abad XVII Sultan Agung Demak
yaitu Ki Ageng Pemanahan sebagai
penguasa pada saat itu telah menjadikan babad berkembang. Raja Mataram terbesar itu telah berhasil
menjadikan bahasa dan budaya sebagai alat mencapai kejayaan politiknya. Setelah
Sultan Agung wafat perkembengan bahasa jawa terus berkembang, dan mulai redup
perkembangannya setelah colonial Belanda memecah belah Mataram menjadi Kerajaan
Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta .
Sejak saat itu kekuasaan politik raja-raja
jawa menjadi hilang , tetapi kekuasaan budaya mereka justru semakin kuat. Contohnya
serita dan bahasa. Sejak masa
pra-kolonial, lebih dari sekedar alat komunikasi , bahasa jawa sudah menjadi
bagian dari ritual kepercayaan kenegaraan , dan kebudayaan. Namun dimasa
kolonial sekalipun bahasa jawa masih merupakan bagian dari ritual-ritual yang sama, meskipun oleh sebuah tatanan
masyarakat yang terjajah . pada masa pergerakan nasional Bahasa Jawa yang semula menjadi bahasa
terpenting di kalangan pelajar pribumi, pada akhirnya harus tersisih . Bahasa
Jawa perlahan mulai tidak dipergunakan sebagai sarana komunikasi organisasi
pergerakan nasional. Proses kesadaran berbagsa dan semangat persatuan yang
mulai menggejala pada awal abad 20 yang akhirnya demi menyatunya bahasa
Indonesia pada waktu itu bahasa jawa
mulai tidak dipergunakan lagi.
Posisisi bahasa jawa pada masa pendudukan jepang masih tetap sama
dengan masa colonial Belada . Kebijakan penduduk Jepang justru memperbolehkan
penggunaan bahasa Indonesia yang harus berdampingan dengan Bahasa jepang sendaiari. Dalam rapat-rapat resmi,
Jepang memperbolehkan para elit politik seperti Soekarno, , Hatta, Radjiman ,
Ahmad Subarjo dan lainnya memakai bahasa Indonesia dalam kegiatan politiknya
yang tentu saja dengan pegawasan jepang .
setelah Indonesia merdeka, hanya bahasa Indonesia yang menjadi sarana
komunikasi resmi dan formal. Bahasa
Indonesia semakin menggeser posisi bahasa lokal di masing-masing daerah karena
semagat nasionalnya. yang sengaja ditumbuhkan untuk merangkaikan perbedaan
budaya, suku bangsa, ras, dan bahasa yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia
ini.
Bahasa Jawa menempati posisi kedua di wilayah pengguna bahasa Jawa
sendiri. Namun, pada masyarakat pedesaan dalam lingkup pergaulan resmi masih
tetap dipergunakan bahasa Jawa dengan ragam ngoko alus yang legaliter atau kromo lugu yang tidak terlalu berbelit
dan sulit pemakaiannya . apalagi pada masyarakat perkotaan dan pesisiran,
bahasa jawa ngoko kasar dan alus tetap dipergunakan dengan memandang usia dan
bentuk pergaulannya. Pada awal kemerdekaan memang masyarakat Jawa sendiri
mempunyai kebanggaan jika menggunakan bahasa Indonesia . Maklum saja bahwa
situasi packa kemerdekaan menuntut hadirnya semagat kebangsaan yang besar. Semagat itu dapat dikembangkan
kembali ketika masyarakat Jawa memakai bahasa baru yang memberikanm kesadaran
berbagsa.
Aspek pendidikan pada pemerintahan yang baru mempunyai kebijakan
yang secara politis merugikan kepentingan perkembangan bahasa jawa. Cepat atau
lambat bahasa Jawa akan masuk dalam ranah masa lampau yang mungkin tak akan
dilirik lagi oleh masyarakat penduduknya. Bahasa Jawa mau tidak mau tenggelam
dalam ketidakpekaan terhadap semagat
perubahan zaman . Masyarakat pendukung
kebudayaan kebudayaan jawa yang seharusnya memakai bahasa ini sebagai medium
berekspresi justru bersemagat untuk meninggalkannya. Orang Jawa yang berasal
dari kalangan terdidik dan menempati kelas menegah masyarakat Indonesia lebih
condong mempergunakan bahasa Inggris dan
Indonesia . Mereka membiasakan anak-anak mereka dengan bahasa Inggris dan Indonesia . Inilah realita sekarang bahasa Jawa seolah menunggu
wakatu untuk punah, butuh sebuah
poerjuangan yang berat untuk tetap bisa menjaga keberadaan dan kelstarian
bahasa Jawa . Pemerintah dan masyarakat
harus saling bahu-membahu untuk menjaga kelestarian bahasa Jawa . sebagian
orang jawaa yang peduli dengan bahasa
Jawa sebaiknya kita menggunakan bahasa
Jawa dengan benar dan baik demi menjaga kelestariannya.
C.
Esensi Pembelajaran Bahasa
Jawa
Pembelajaran bahasa Jawa berdasarkan kurikulim 2010 lebih menekankan kepada pendekatan komunikatif
yaitu pembelajaran yang mempermudah para peserta didik agar lebih akrab dalam
pergeulan dengan menggunakan bahasa Jawa dan melatih peserta didik agar lebih
senang berbicara dengan bahasa Jawa yang
benar dan tetap sesuai dengan situasinya. Pembelajaran Bahasa Jawa diajarkan dari SD sampai Jenjang SMA secara bersinambungan, selaras antara
kompetensi dasar yang satu dengan kompetensi dasar lainnya. Dalam pembelajaran
ini ada 4 aspek yang diajarkan oleh guru yaitu: mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis.
Keempat asapek itu tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang
lainnya , dalam pembelajaran hanya penekanannya lebih difokuskan pada salah
satu aspek, artinya pada pembelajaran mendengarkan peserta didik tidak hanya
dituntut mendengarkan saja akan tetapi peserta didik juga harus dapat menulis, berbicara dan mengapresiasikan dalam bentuk sastra.Akan tetapi, bagaimana baikknya kurikulum dan
lengkapnya sarana prasarana, apabila guru tidak dapat menjalankan tugasnya
dengan baik, maka pengajaran pastilah tidak akan memberikan hasil yang
memuaskan. Mengingat pentingnya peranan guru dalam menentukan keberhasilan
pengajaran dengan demikian penting juga peranannya dalam pembinaan budi pekerti
dan pendidikan karakter bangsa, maka seorang guru harus senantiasa mencari cara
terbaik dalam menyajikan pembelajaran.
Pembelajaran mendengarkan dalam pelajaran Bahasa Jawa
misalnya guru dapat mengajak peserta didik untuk mendengarkan dongeng baik
melalui kaset maupun melalui teks yang dibacakan guru. Peserta didik mendengarkan cerita sambil mencatat hal-hal yang penting. Setelah
dongeng selesai didengar, guru memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan
dengan cerita dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menceritakan
kembali cerita tersebut baik secara lisan maupun tulisan.
Pembelajarn berbicara dalam pelajaran Bahasa Jawa
merup[akan aspek pembelajaran Bahsa Jawa yang sangat relevan dalam aplikasi
penerapan unggah0ungguh berbahsa. Salan satu contohnya peserta didik diajak
untuk menceruitakan pengalaman sehari-hari dengan menggunakan Bahasa Jawa
sesuai dengan ragam bahasa yang dimiliki, teman yang lain mengajukan pertanyaan
dengan ragam bahas tertentu.
Pembelajaran memcbaca dalam pelajaran Bahsa Jawa dapat
dilakukan dengan peserta didik dibagi menjadi bebrapa kelompok kemudian
masing-masing kelompok diberi buku. Setiap anggota kelompok membaca dan yang
lian mengoreksi bacaan anggota kelompoknya. Hal ini bertujuan agar peserta
didik mampu membaca bahasa jawa sesuai dengan ungguh-ungguh bahasa yang benar
dan menambah perpustakaan kata dalam dirinya.
Pembelajaran menulis dalam pelajaran Bahasa Jawa. Hal ini
bertujuan agar peserta didik selain dapat mendengarkan, berbicara, membaca
dalam pembelajaran Bahasa Jawa peserta didik juga dibekali kemampuan menulis
kalimat-kalimat dengan menggunakan Bahsa Jawa sesuai dengan unggah-ugguh Bahasa
Jawa yang baik dan benar.
Pembelajaran Bahsa Jawa khusunya dalam penerapan
unggah-ungguh oleh peserta didik dianggap kompetensi yang paling sulit, karena
untuk menerapkan unggah-ungguh diharapkan peserta didik mampu menguasai
kompetensi berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Unggah-ungguh dala berbahasa
Jawa sebenarnya secara kelompok besar dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu
ngoko, madya, dan krama. Bahkan ketika kelompok tersebut kemudian diuraikan
lagi menjadi sembilan yaitu:
1.
Ngoko andhap antya basa
2.
Ngoko andhap basa antya
3.
Madya ngoko
4.
Madya krama\
5.
Kramantara
6.
Wredakrama
7.
Kramadesa
8.
Mudakrama, dan
9.
Krama inggil
No comments :
Post a Comment