Wednesday, 6 January 2016

Makalah Model Pembelajaran Index Card Match Dan Jigsaw



BAB II
PEMBAHASAN MATERI

A.    Pengertian Model Pembelajaran Index Card Match
Metode Index Card Match adalah Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran Index Card Match dapat memupuk kerja sama peserta didik dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu indeks yang ada di tangan mereka. Proses pembelajaran ini lebih menarik karena peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Model Index Card Match melibatkan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik lebih banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati proses pembelajaran karena cara ini dikemas seperti sebuah permainan. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan cara ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.
Model Index Card Match menuntut peserta didik harus mengerjakan banyak tugas.. Model pembelajaran Index Card Match dapat melatih pola pikir peserta didik karena dengan model pembelajaran ini peserta didik dilatih kecepatan berpikirnya dalam mempelajari suatu konsep atau topik melalui pencarian kartu jawaban atau kartu soal, setiap peserta didik pasti mendapat pasangan kartu yang cocok lalu mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh peserta didik bersama pasangannya dan peserta didik lainnya. Dengan mendiskusikan bersama pasangannya maka peserta didik akan lebih mengerti dengan konsep materi yang sedang dipelajari. Karena pembelajaran ini dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, maka diharapkan dapat meningkatkan semangat dan aktivitas peserta didik dalam belajar peserta didik dalam kegiatan belajar.
Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu belajar aktif dan kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil yang memungkinkan untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi.
Dengan demikian metode pembelajaran Index Card Match adalah suatu cara pembelajaran aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran dengan teknik mencari pasangan kartu indeks yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekuragan. Kelebihan metode Index Card Match adalah sebagai berikut:
1.    Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar.
2.    Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
3.    Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenagkan.
4.    Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik mencapai taraf ketuntasan belajar.
5.    Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.
Kelemahan metode Index Card Match adalah sebagai berikut:
1.    Membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk menyelesaikan tugas dan prestasi.
2.    Guru harus meluangkan waktu yang lebih.
3.    Lama untuk membuat persiapan.
4.    Guru harus memiliki jiwa demokratis dan keterampilan yang memadai dalam hal pengelolaan kelas.
5.    Menuntut sifat tertentu darii peserta didik atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
6.    Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas

B.     Langkah-Langkah Pembelajaran Index Card Match
Langkah-langkah pembelajaran Index Card Match adalah sebagai berikut:
1.      Guru membuat potongan-potongan kartu sebanyak jumlah peserta didik yang ada di dalam kelas.
2.      Guru membagi potongan kartu-kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3.      Pada separuh bagian potongan kartu-kartu, guru menuliskan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari. Setiap kartu berisi satu pertanyaan.
4.      Pada separuh kartu yang lain, guru menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
5.      Guru mengocok semua kartu sehingga akan tercampur antara pertanyaan dan jawaban.
6.      Guru membagikan satu kartu kepada setiap siswa. Guru selanjutnya menjelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh dari jumlah peserta didik akan mendapatkan pertanyaan dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7.      Guru meminta kepada peserta didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan, guru meminta kepada mereka untuk duduk berdekatan. Guru juga menjelaskan agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8.      Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk  berdekatan, guru meminta kepada setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan pertanyaan yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang lain. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh pasangannya.
9.      Guru mengakhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan

C.    Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok peserta didik dalam bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen dan peserta didik bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigasaw adalah pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok dan bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini peserta didik memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan temen-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, berbicara, ataupun mendengarkan. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam suasana gotong royong dan mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para anggota dari tim – tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian peserta didik kembali pada tim atau kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk peserta didik yang beranggotakan peserta didik dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok peserta didik yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran tipe jigsaw:
1.      Keunggulan:
a)      Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar.
b)      Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk didiskusikan.
c)      Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.
d)     Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di tugaskan.
e)      Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
f)       Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
g)      Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.
h)      Masalah matematika cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat di demonstrasikan secara objektif.
2.      Kelemahan:
a)      Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu ke kelompok lain.
b)      Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaiakn materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri.
c)      Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d)     Ada siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota kelompok.
e)      Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
f)       Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.

D.    Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw
1.      Tahap Pendahuluan
a)      Review, apersepsi, motivasi
b)      Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan menjelaskan manfaatnya.
c)      Pembentukan kelompok.
d)     Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan siswa yang heterogen.
e)      Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok.
2.      Tahap Penguasaan
a)      Siswa dengan materi/soal yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan berusaha menguassai materi sesuai dengan soal yang diterima.
b)      Guru memberikan bantuan sepenuhnya.
3.      Tahap Penularan
a)      Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.
b)      Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli  tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan denga sungguh-sungguh.
c)      Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
d)     Dari diskusi tersebut siswa memperoleh jawaban soal.
4.      Penutup

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Metode Index Card Match adalah Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekuragan. Kelebihan metode Index Card Match adalah sebagai berikut:
1.    Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar.
2.    Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
3.    Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenagkan.
4.    Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik mencapai taraf ketuntasan belajar.
5.    Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.
Kelemahan metode Index Card Match adalah sebagai berikut:
1.    Membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk menyelesaikan tugas dan prestasi.
2.    Guru harus meluangkan waktu yang lebih.
3.    Lama untuk membuat persiapan.
4.    Guru harus memiliki jiwa demokratis dan keterampilan yang memadai dalam hal pengelolaan kelas.
5.    Menuntut sifat tertentu darii peserta didik atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
6.    Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas
Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok peserta didik dalam bentuk kelompok kecil.
Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran tipe jigsaw:
1.      Keunggulan:
a)      Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar.
b)      Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk didiskusikan.
c)      Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.
d)     Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di tugaskan.
e)      Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
f)       Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
g)      Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.
h)      Masalah matematika cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang dapat di demonstrasikan secara objektif.
2.      Kelemahan:
a)      Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok satu ke kelompok lain.
b)      Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaiakn materi pada teman jika tidak punya rasa percaya diri.
c)      Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d)     Ada siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota kelompok.
e)      Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
f)       Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.

DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 UI
Kartadinata, Sunaryo dkk. 1998. Bimbingan di Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Dahlan.1990. Model-Model Mengajar. Bandung : CV. Diponegoro
Slavin. 1994. Pembelajaran kooperatif: Model Pembelajaran Tope Jigsaw http://www.scribd.com/doc/ 2011/09/21/Model-Pembelajaran-Tipe-Jigsaw
Suprijono, Agus.2009. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta :Kencana

No comments :

Post a Comment