BAB II
PEMBAHASAN MATERI
A.
Pengertian Model Pembelajaran Index Card Match
Metode Index Card Match adalah
Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa. Metode pembelajaran Index Card Match dapat memupuk kerja sama peserta
didik dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu indeks yang ada di
tangan mereka. Proses pembelajaran ini lebih menarik karena peserta didik mencari
pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang
menyenangkan. Model Index Card Match melibatkan peserta didik secara
langsung dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik lebih banyak
memberikan perhatian dan lebih menikmati proses pembelajaran karena cara ini
dikemas seperti sebuah permainan. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa
diajarkan dengan cara ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas
mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk
kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.
Model Index
Card Match menuntut peserta didik harus mengerjakan banyak tugas.. Model
pembelajaran Index Card Match dapat melatih pola pikir peserta didik karena
dengan model pembelajaran ini peserta didik dilatih kecepatan berpikirnya dalam mempelajari
suatu konsep atau topik melalui pencarian kartu jawaban atau kartu soal, setiap
peserta didik pasti mendapat pasangan kartu yang cocok lalu mendiskusikan hasil
pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokkan oleh peserta didik bersama
pasangannya dan peserta didik lainnya. Dengan
mendiskusikan bersama pasangannya maka peserta didik akan lebih mengerti dengan
konsep materi yang sedang dipelajari. Karena pembelajaran ini dilakukan dalam
suasana yang menyenangkan, maka diharapkan dapat meningkatkan semangat dan
aktivitas peserta didik dalam belajar peserta didik dalam kegiatan belajar.
Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu
belajar aktif dan kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok
kecil yang memungkinkan untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi.
Dengan demikian metode pembelajaran Index Card Match adalah suatu cara pembelajaran aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran dengan teknik mencari pasangan kartu indeks yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.
Dengan demikian metode pembelajaran Index Card Match adalah suatu cara pembelajaran aktif untuk meninjau ulang materi pelajaran dengan teknik mencari pasangan kartu indeks yang merupakan jawaban atau soal sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana menyenangkan.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekuragan. Kelebihan
metode Index Card Match adalah sebagai berikut:
1.
Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar.
2.
Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
3.
Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenagkan.
4.
Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik mencapai taraf
ketuntasan belajar.
5.
Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.
Kelemahan metode Index Card Match adalah sebagai berikut:
1.
Membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk menyelesaikan
tugas dan prestasi.
2.
Guru
harus meluangkan waktu yang lebih.
3.
Lama untuk membuat persiapan.
4.
Guru harus memiliki jiwa demokratis dan keterampilan yang
memadai dalam hal pengelolaan kelas.
5.
Menuntut sifat tertentu darii peserta didik atau
kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
6.
Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas
B. Langkah-Langkah Pembelajaran Index Card Match
Langkah-langkah pembelajaran
Index Card Match adalah sebagai berikut:
1. Guru membuat
potongan-potongan kartu sebanyak jumlah peserta didik yang ada di dalam kelas.
2. Guru membagi potongan
kartu-kartu tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3. Pada separuh bagian potongan
kartu-kartu, guru menuliskan pertanyaan tentang materi yang akan dipelajari.
Setiap kartu berisi satu pertanyaan.
4. Pada separuh kartu yang
lain, guru menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat.
5. Guru mengocok semua
kartu sehingga akan tercampur antara pertanyaan dan jawaban.
6. Guru membagikan satu
kartu kepada setiap siswa. Guru selanjutnya menjelaskan bahwa ini adalah
aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh dari jumlah peserta didik akan
mendapatkan pertanyaan dan separuh yang lain akan mendapatkan jawaban.
7. Guru meminta kepada peserta
didik untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah menemukan pasangan,
guru meminta kepada mereka untuk duduk berdekatan. Guru juga menjelaskan agar
mereka tidak memberitahu materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.
8. Setelah semua peserta
didik menemukan pasangan dan duduk
berdekatan, guru meminta kepada setiap pasangan secara bergantian untuk
membacakan pertanyaan yang diperoleh dengan keras kepada teman-temannya yang
lain. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh pasangannya.
9. Guru mengakhiri proses
ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan
C. Pengertian Model Pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran
kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik
beratkan kepada kerja kelompok peserta didik dalam bentuk kelompok kecil,
seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model
jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara peserta didik belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara
heterogen dan peserta didik bekerja sama saling ketergantungan positif dan
bertanggung jawab secara mandiri. Metode pembelajaran kooperatif tipe jigasaw
adalah pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok dan bertanggung
jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan kepadanya lalu mengajarkan
bagian tersebut kepada anggota kelompok lain.
Dalam model pembelajaran
jigsaw ini peserta didik memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan
pendapat, dan mengelolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang
dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya ( Rusman, 2008.203).
Jigsaw pertama kali
dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di
Universitas Texas, kemudian diadaptasikan oleh Slavin dan temen-teman di
Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Teknik ini dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, berbicara, ataupun mendengarkan. Dalam teknik ini,
guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik dan
membantu peserta didik mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi
lebih bermakna. Selain itu, peserta didik bekerja sama dengan sesama peserta
didik dalam suasana gotong royong dan mempunyai kesempatan untuk mengolah
informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi.
Jigsaw didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri
dan juga pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Para anggota dari tim – tim yang
berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu
satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka.
Kemudian peserta didik kembali pada tim atau kelompok asal untuk menjelaskan
kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari
sebelumnya pada tim ahli.
Pada model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok
asal, yaitu kelompok induk peserta didik yang beranggotakan peserta didik dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok peserta
didik yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan
untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas
yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal.
Keunggulan dan kelemahan model
pembelajaran tipe jigsaw:
1. Keunggulan:
a) Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar.
b) Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk didiskusikan.
c) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran
materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.
d) Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di
tugaskan.
e) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
f) Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
g) Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang
telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.
h) Masalah matematika cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang
dapat di demonstrasikan secara objektif.
2. Kelemahan:
a) Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok
satu ke kelompok lain.
b) Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaiakn materi pada teman
jika tidak punya rasa percaya diri.
c) Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman
lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d) Ada siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota
kelompok.
e) Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh
waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
f) Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah
sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.
D. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw
1. Tahap Pendahuluan
a) Review, apersepsi, motivasi
b) Menjelaskan pada siswa tentang model pembelajaran yang dipakai dan
menjelaskan manfaatnya.
c) Pembentukan kelompok.
d) Setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan siswa yang
heterogen.
e) Pembagian materi/soal pada setiap anggota kelompok.
2. Tahap Penguasaan
a) Siswa dengan materi/soal yang sama bergabung dalam kelompok ahli dan
berusaha menguassai materi sesuai dengan soal yang diterima.
b) Guru memberikan bantuan sepenuhnya.
3. Tahap Penularan
a) Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya.
b) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli
tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu
tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan denga sungguh-sungguh.
c) Terjadi diskusi antar siswa dalam kelompok asal.
d) Dari diskusi tersebut siswa memperoleh jawaban soal.
4. Penutup
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode Index Card Match adalah
Metode pemecahan masalah yang digunakan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa.
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekuragan. Kelebihan
metode Index Card Match adalah sebagai berikut:
1.
Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar.
2.
Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.
3.
Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenagkan.
4.
Mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik mencapai taraf
ketuntasan belajar.
5.
Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.
Kelemahan metode Index Card Match adalah sebagai berikut:
1.
Membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk menyelesaikan tugas dan prestasi.
2.
Guru
harus meluangkan waktu yang lebih.
3.
Lama untuk membuat persiapan.
4.
Guru harus memiliki jiwa demokratis dan keterampilan yang
memadai dalam hal pengelolaan kelas.
5.
Menuntut sifat tertentu darii peserta didik atau
kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
6.
Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas
Model pembelajaran
kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik
beratkan kepada kerja kelompok peserta didik dalam bentuk kelompok kecil.
Keunggulan dan kelemahan model
pembelajaran tipe jigsaw:
1. Keunggulan:
a) Kelompok kecil memberikan dukungan sosial untuk belajar.
b) Ruang lingkup dipenuhi ide-ide yang bermanfaat dan menarik untuk didiskusikan.
c) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemahaman pembelajaran
materi untuk dirinya sendiri dan orang lain.
d) Meningkatkan kerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang di
tugaskan.
e) Meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi untuk pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
f) Meningkatkan kreatifitas siswa dalam berfikir kritis dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah yang di hadapi.
g) Melatih keberanian dan tanggung jawab siswa untuk mengajarkan materi yang
telah ia dapat kepada anggota kelompok lain.
h) Masalah matematika cocok untuk diskusi kelompok, sebab memiliki solusi yang
dapat di demonstrasikan secara objektif.
2. Kelemahan:
a) Kondisi kelas yang cenderung ramai karena perpindahan siswa dari kelompok
satu ke kelompok lain.
b) Dirasa sulit meyakinkan untuk berdiskusi menyampaiakn materi pada teman
jika tidak punya rasa percaya diri.
c) Kurang partisipasi beberapa siswa yang mungkin masih bergantung pada teman
lain, biasanya terjadi dalam kelompok asal.
d) Ada siswa yang berkuasa karena merasa paling pintar di antara anggota
kelompok.
e) Awal penggunaan metode ini biasanya sulit di kendalikan, biasanya butuh
waktu yang cukup dan persiapan yang matang agar berjalan dengan baik.
f) Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah
sulit. Tapi bisa diatasi dengan model “team teaching”.
DAFTAR PUSTAKA
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
Mangunsong, Frieda. 1998. Psikologi dan Pendidikan
Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 UI
Kartadinata, Sunaryo dkk. 1998. Bimbingan di
Sekolah Dasar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud
Anita Lie. 2008. Cooperative Learning.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Dahlan.1990. Model-Model Mengajar. Bandung :
CV. Diponegoro
Slavin. 1994. Pembelajaran kooperatif: Model
Pembelajaran Tope Jigsaw http://www.scribd.com/doc/ 2011/09/21/Model-Pembelajaran-Tipe-Jigsaw
Suprijono, Agus.2009. Cooperative Learning : Teori
dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta :Kencana
No comments :
Post a Comment