BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut C.T.
Morgan dalam buku Introduction To Psychology, Belajar adalah suatu perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat/hasil dari pengalaman
yang lalu. Ringkasnya ia mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang
relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman siswa mengalami suatu proses belajar.
Menurut Syai’ful
Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian belajar adalah
serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.[1]
Secara umum
faktor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut
saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar. Tugas utama seorang Guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa
bila Guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa untuk mampu belajar.
Hal-hal seperti berikut, diantaranya Guru telah mengajar dengan baik, ada siswa
yang belajar dengan giat, siswa yang berpura-pura belajar, siswa yang belajar
dengan setengah hati, bahkan adapula siswa yang sesungguhnya tidak belajar.
Maka dari itu, sebagai Guru yang professional harus berusaha mendorong siswa
agar belajar dengan baik.
Ada beberapa aspek
yang menentukan keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, menurut
Lukmanul Hakim “Tiga aspek yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam proses
belajar mengajar yaitu: kepribadian, pandangan terhadap anak didik dan latar
belakang guru”.[2]
Terdapat
bermacam-macam hal yang menyebabkan siswa tidak belajar seperti siswa yang
enggan belajar karena latar belakang keluarga, lingkungan, maupun situasi dan
kondisi di kelas. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian ketika Guru
mengajarkan topic tertentu adapula siswa yang giat belajar karena dia
bercita-cita menjadi seorang ahli.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor internal yang
mempengaruhi hasil belajar?
2. Apa saja faktor internal yang
mempengaruhi hasil belajar?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Faktor Internal
Faktor internal
adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi factor
fisiologis dan faktor psikologis.
1. Faktor fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
·
Pertama,
keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas
belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.
·
Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula.
- Faktor psikologis
Faktor-faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses
belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar
adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
a. Kecerdasan/intelegensi
siswa
Tingkat
kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini
berarti, semakin tinggi kemampuan intelijensi siswa maka semakin besar
peluangnya untuk meraih sukses, sebaliknya, semakin rendah kemampuan
intelijensi siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh kesuksesan.
Setiap
calon guru dan guru profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan
intelijensi siswa , baik yang positif seperti superior maupun yang
negatif seperti borderline, lajimnya menimbulkan kesuksesan belajar
siswa yang bersangkutan. Disatu sisi siswa yang sangat cerdas akan merasa tidak
mendapat perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan
terlampau mudah baginya. Akibatny dia enjadi bosan dan frustasi karena tuntutan
kebutuhan keinginanya merasa dibendung secara tidak adil. Disisi lain, siswa
yang bodoh akan merasa payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar
baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan
frustasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif.[3]
Para
ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan
tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan
Merill sebagai berikut:
1) Kelompok kecerdasan amat
superior yaitu antara IQ 140–169
2) Kelompok kecerdasan superior
yaitu antara IQ 120 – 139
3) Kelompok rata-rata tinggi
(high average) yaitu antara IQ 110 – 119
4) Kelompok rata-rata (average)
yaitu antara IQ 90 – 109
5) Kelompok rata-rata rendah
(low average) yaitu antara IQ 80 – 89
6) Kelompok batas lemah mental
(borderline defective) berada pada IQ 70 – 79
7) Kelompok kecerdasan lemah
mental (mentally defective) berada pada IQ 20 - 69, yang termasuk dalam
kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, dan idiot.
b. Motivasi
Motivasi
adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalal diri seseorang
yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suat tujuan
(kebutuhan).[4]
Sedangkan
motivasi dalam belajar menurut Clayton Aldelfer adalah kecenderungan siswa
dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai
prestasi hasil belajar sebaik mungkin.[5]
Dari
sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari
dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti
seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk
membaca karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannyatetapi sudah
mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh
yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung
pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut
Arden N. Frandsen, dalam Hayinah (1992)yang termasuk dalam motivasi intrinsik
untuk belajar anatara lain adalah:
1) Dorongan ingin tahu dan ingin
menyelisiki dunia yang lebih luas
2) Adanya sifat positif dan
kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
3) Adanya keinginan untuk
mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan
orang tua, saudara, guru, dan teman-teman.
4) Adanya kebutuhan untuk
menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna baginya.
Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberikan
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungansecara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
c. Ingatan
Secara
teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan, yakni : (1)
Menerima kesan, (II) Menyimpan kesan, dan (III) Memproduksi kesan
Mungkin
karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan. Kecakapan merima
kesan sangat sentral peranannya dalam belajar. Melalui kecakapan inilah, subjek
didik mampu mengingat hal-hal yang dipelajarinya. Dalam konteks pembelajaran,
kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya teknik pembelajaran
yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran yang disertai dengan alat peraga
kesannya akan lebih dalam pada siwa.
Di
samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang mendayagunakan “titian
ingatan” juga lebih mengesankan bagi siswa, terutama untuk material
pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang tertentu. Contoh
kasus yang menarik adalah mengingat nama-nama kunci nada G (gudeg), D (dan), A
(ayam), B (bebek) dan sebagainya.
d. Minat
Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang
disertai rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya
sementara dan belum tentu diikuti dengan rasa senang, sedangkan minat selalu
diikuti dengan rasa senang dan dari situlah diperoleh kepuasan.[6]
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Namun lepas dari kepopulerannya,
minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh
terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau
belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau
pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi
pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk
membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara
lain:
1) Dengan membuat materi yang
akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku
materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplore apa yang
dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,
psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar.
2) Pemilihan jurusan atau bidang
studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih
sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
e. Sikap
Dalam
proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap
terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun
negatif .[7]
Sikap
juga merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu yang membawa diri
sesuia dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu mengakibatkan
terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh
kesempatan belajar. Meskipun demikian, siswa dapat menerima, menolak, atau
mengabaikan kesempatan belajar tersebut.
f. Bakat
Faktor
psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Bakat atau
aptitude merupakan kecakapan potensial yang bersifat khusus, yaitu khusus dalam
suatu bidang atau kemampuan tertentu.[8]
Apabila
bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu
akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Karena
itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan
tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang
telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang
berhubungan dengan bakat yang mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain
bahasanya sendiri. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimilki
setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memperhatikan dan
memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain
dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih
jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
g. Konsentrasi Belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan
perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian pada pelajaran, guru perlu menggunakan
bermacam-macam strategi belajar-mengajar, dan memperhitungkan waktu belajar
serta selingan istirahat. Dalam pengajaran klasikal, menurut Rooijakker,
kekuatan perhatian selama tiga puluh menit telah menurun. Ia menyarankan agar
guru memberikan istirahat selingan beberapa menit.
h. Rasa Percaya Diri
Rasa
percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari
segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari
lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap
pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan teman- temannya. Semakin
sering berhasil menyelesaikan tugas, maka semakin besar pula memperoleh pengakuan
dari umum dan selanjutnya rasa percaya diri semakin kuat.
Hal
yang sebaliknya pun dapat terjadi. Kegagalan yang berulang kali dapat
menimbulkan rasa tidak percaya diri. Bila rasa tidak percaya diri sangat kuat,
maka diduga siswa akan menjadi takut belajar. Rasa takut belajar tersebut
terjalin secara komplementer dengan rasa takut gagal lagi. Maka, guru sebaiknya
mendorong keberanian siswa secara terus-menerus, memberikan bermacam-macam
penguat dan memberikan pengakuan dan kepercayaan bagi siswa.
i. Kebiasaan Belajar
Dalam
kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik.
Kebiasaan belajar tersebut antara lain:
1) Belajar pada akhir semester
2) Belajar tidak teratur
3) Menyia - nyiakan kesempatan
belajar
4) Bersekolah hanya untuk
bergengsi
5) Dating terlambat bergaya
seperti pemimpin
6) Bergaya jantan seperti
merokok, sok menggurui teman lain,
7) Bergaya minta “belas kasihan”
tanpa belajar.
Kebiasaa-kebiasaan
buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah yang ada di kota besar, kota kecil,
pedesaan dan sekolah-sekolah lain. Untuk sebagian orang, kebiasaan belajar
tersebut disebabkan oleh ketidak mengertian siswa pada arti belajar bagi diri
sendiri. Hal seperti ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin
membelajarkan diri.
j. Cita-cita Siswa
Pada
umumnya, setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita itu
merupakan motivasi instrinsik. Tetapi, ada kalanya “gambaran yang jelas”
tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya, siswa hanya berprilaku
ikut-ikutan.
Cita-cita
sebagai motivasi instrinsik perlu dididikan. Penanaman memiliki cita –cita
harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan
pencapaian cita – cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud
eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Penanaman pemilikan dan pencapaian
cita-cita sudah sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari
hal yang sederhana ke yang semakin sulit.
Dengan mengaitkan
pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani
bereksplorasi sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.
B. Faktor Eksternal
Selain
karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, faktor-faktor eksternal
yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor
lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial.
- Lingkungan social
Yang
termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain
disekitarnya, sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan sebagainya.
Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan
keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, peraktk pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap
kegitan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
a. Lingkungan sosial
sekolah
Seperti
guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi
siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat
menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi
siswa untuk belajar.
b. Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilkinya.
c. Lingkungan sosial
keluarga.
Lingkungan
ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota
keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
- Lingkungan non sosial
Faktor-faktor yang
termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a. Lingkungan alamiah
Adalah
lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan berusaha didalamnya. Dalam hal
ini keadaan suhu dan kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak
didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara yang segar. Dari
kenyataan tersebut, orang cenderung akan lebih nyaman belajar ketika pagi hari,
selain karena daya serap ketika itu tinggi. Begitu pula di lingkungan kelas.
Suhu dan udara harus diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar
dalam keadaan suhu panas, tidak akan maksimal.[9]
b. Faktor instrumental
Yaitu
perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c. Faktor materi
pelajaran (yang diajarkan ke siswa).
Factor
ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan
metode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu,
agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr
siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar
yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Faktor- faktor yang mempengaruhi
proses belajar terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal
adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi
balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial
dan factor lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis
yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi,
minat, sikap dan bakat.
Faktor-faktor eksternal yang
meliputi lingkungan social diantaranya faktor sekolah, masyarakat, dan
keluarga. Sedangkan faktor eksternal lingkungan non-sosial diantaranya
lingkungan alamiah, instrumental, dan mata pelajaran.
REFERENSI
Djali,
2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
Drs.
Syaiful Bahri Djamarah, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka
Cipta.
Lukmanul
Hakim, 2010. Perencanaan Pembelajaran, Bandung, CV Wacana Prima
Muhibbin
syah, 2003. Psikologi belajar. Jakarta. PT. Raja Grafinda Persada
Nana
Syaodih.S. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Nashar,
2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran.
Jakarta. Delia Press
Slameto,
2003. Belajar dan faktor - faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Rineka
Cipta
[5] Nashar,2004.
iPeranan Motivasi dan Kemampua awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta. Delia
press. Hall 42
[6] Slameto, 2003. Belajar
dan faktor - faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. PT Rineka
Cipta. Halalaman 57
No comments :
Post a Comment